Selain terkenal dengan makanan khasnya berupa tahu yang sangat lezat rasanya,Kota Sumedang juga memiliki objek wisata sejarah yang sangat penting dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut tanah airnya dari kekuasaan bangsa penjajah.,yaitu makam Pahlawan Nasional CUT NYA' DHIEN,yang terletak di komplek pemakaman Gunung Puyuh,arah selatan dari alun-alun Sumedang.
SEJARAH
SINGKAT CUT NYA’ DHIEN
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai
pahlawanya dan kemudian meneruskan cita-cita perjuangannya.
Cut Nya’ Dhien adalah pahlawan nasional yang dilahirkan
di Aceh pada tahun 1848,putri dari Teuku Nanta Seutia.
Selama hidupnya Cun Nya’ Dhien telah berjuang mati-matian
sebagai seorang pahlawan putri yang setia disamping suaminya Teuku Umar.Beliau
ikut bergerilya masuk hutan keluar hutan menentang penjajahan Belanda.
Dalam perang melawan Belanda di Aceh yang terkenal
dimulai pada tahun 1873,setelah suaminya wafat,Cut Nya’
Dhien meneruskan perang jihad memimpin perjuangan sehingga beliau tertawan
Belanda pada tanggal 6 November 1905,itupun atas informasi pengawalnya yang
sudah tidak tega melihat kondisi Cut Nya’ Dhien yang buta dan sakit-sakitan.
Selanjutnya pada tahun 1906 Beliau dibuang ke Sumedang
(Jawa Barat) disertai pengawalnya yaitu seorang panglima berumur 50 tahun dan
Teuku Nana (berumur 15 tahun).
Belanda menyerahkan Cut Nya’ Dhien kepada Kanjeng Dalem
Pangeran Aria Suryaatmaja (Bupati Sumedang). Kemudian Kanjeng Dalem memanggil
K.H. Ilyas,imam besar Masjid Agung Sumedang dan menyarankan agar Cut Nya’ Dhien
ditempatkan di rumah Hajjah Soleha yang terletak di belakan Masjid Agung.
Kanjeng Dalem bertanggung jawab penuh selama Cut Nya’ Dhien berada di
Sumedang,sehingga segala kebutuhan sehari-hari serta kesehatanya sangat
diperhatikan. Hal ini karena Kanjeng Dalem Pangeran mengetahui sepak terjang
perjuangan Cut Nya’ Dhien di Aceh,yang tidak mau bertemu dengan pemerintah
Belanda,apalagi menerima pemberian mereka,Cut Nya’ Dhien juga tidak mau tinggal
diam walau dalam keadaan buta dan sakit-sakitan,sehari-harinya Beliau mengaji
dan tidak pernah keluar rumah. Dengan menguasai ilmu agama dan hafal
al-qur’an,banyak anak-anak dan masyarakat di sekitar masjid belajar mengaji dan
ilmu agama,sehingga Cut Nya’ Dhien dianggap sebagai Ibu suci.
Kanjeng Pangeran Aria Suriaatmaja kemudian memberi
gelar Cut Nya’ Dhien dengan gelar
H.Hoesna.
Kesehatan Cut Nya’ Dhien semakin menurun,hingga Beliau
wafat pada usia 60 tahun,pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di tanah
pemakaman keluarga K.H Sanoesi.
SEMOGA ALLAH SWT MEMBERI RAHMAT KEPADA ARWAH SUCI
PAHLAWAN PUTRI YANG AMAT BERJASA DAN SETIA INI,SERTA MEMBERI RAHMAT KEPADA ORANG-ORANG
YANG TELAH BERJASA MERAWAT DAN MELINDUNGI DI MASA PEMBUANGANYA. AMIIN….!
Peresmian pembangunan meunasah dan pemugaran makam oleh Gubernur Kepala Daerah Isatimewa Aceh pada saat itu Prof.DR.IBRAHIM HASAN.MBA pada tanggal 7 Desember 1987
Makam Pahlawan Nasional CUT NYA' DHIEN
tulisan di salah satu sisi makam berbunyi:
KARENA DJIHADMU PERDJUANGAN.
ATJEH BEROLEH KEMENANGAN.
DARI BELANDA KEMBALI KETANGAN.
RAKJAT SENDIRI KEGIRANGAN.
ITULAH SEBAGAI KENANGAN.
KAMI TRINGAT TERANGAN-ANGAN.
AKAN BUDIMAN PAHLAWAN DJUNDJUNGAN.
PAHLAWAN WANITA BERJIWA KAYANGAN.
Bpk Nana yang setia dan penuh tanggung jawab sejak puluhan tahun yang lalu memelihara Makam Pahlawan Nasional Cut Nya' Dhien
Belum ada tanggapan untuk "Makam Pahlawan Nasional Cut Nya' Dhien di Kota Sumedang Jawa Barat situs sejarah pembangkit semangat patriotisme Bangsa Indonesia "
Post a Comment