MEMBERI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PROVIDE FIRST AID)




MEMBERI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
 (PROVIDE FIRST AID)


A. Pengertian kecelakaan kerja
Tanpa faktor manusia, suatu operasi perusahaan tidak mungkin dilakukan. Artinya, faktor manusia merupakan unsure penting. Tanpa tenaga manusia tidak mungkin berbagai kegiatan dalam suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik. Interaksi antara tenaga manusia atas faktor produksi lainnya, seperti mesin, peralatan produksi lain, bahan baku, tenaga listrik, dan sebagainya yang memungkinkan berjalannya proses produksi. Oleh karena itu, dalam suatu kegiatan produksi selalu terjadi interaksi manusia dengan faktor produksi lainnya.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa manusia yang disebabkan oleh faktor produksi mesin, bahan baku, tenaga listrik, lingkungan, dan oleh faktor lainnya. Secara umum, arti kecelakaan kerja adalah suatu kejadian musibah yang menimpa dan mengakibatkan penderitaan bagi tenaga kerja karena adanya interaksi yang tidak seimbang dengan faktor produksi lain dalam suatu operasi perusahaan.

B. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja secara umum mencakup suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan perusahaan dapat berjalan lancar. Arti kesehatan dan keselamatan kerja adalah:
1. Menciptakan suasana dan lingkungan kerja.
§  Kondisi fisik gedung dan segala peralatan yang dimiliki sebagai sarana untuk melaksanakan tugas karyawan.
§  Kondisi nonfisik, seperti suasana hubungan kerja antarsesama karyawan, baik secara horisontal maupun vertikal. Hubungan horisontal menggambarkan hubungan kerja yang baik antar sesama karyawan yang menduduki posisi yang sama. Hubungan vertikal berarti tercipta hubungan timbal balik yang baik antara bawahan dengan atasan.
2. Menjamin keselamatan dan kesehatan karyawan, sehingga menciptakan rasa aman dari ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai sumber bahaya, berupa mesin dan seluruh fasilitas produksi, bahan baku, konstruksi bangunan, instalasi listrik, dan peralatan lainnya.
3. Ruangan atau lapangan (space) di mana orang dapat bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja. Jadi, tempat kerja adalah ruangan, lapangan, halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian integral atau hubungan dengan tempat kerja.

C. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
Tujuan akhir kesehatan dan keselamatan kerja adalah produktivitas tenaga kerja yang tinggi sehingga perusahaan dapat bekerja efisien. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi dapat dilakukan bila tenaga kerja terjamin kesehatan dan keselamatan kerjanya.
Keselamatan kerja banyak dipengaruhi oleh suasana dan keadaan lingkungan kerja dalam perusahaan, misalnya perlunya penerangan lampu yang memadai, sirkulasi udara yang menjamin kesegaran kerja, lantai yang tidak licin, mesin-mesin, dan fasilitas produksi yang aman dari bahaya. Sementara itu, kesehatan kerja lebih dititikberatkan pada lingkungan yang mendukung para tenaga kerja terjamin kesehatannya, misalnya ruangan yang bebas debu, ventilasi udara yang baik, bebas dari gas yang membahayakan. Hal ini berkaitan erat dengan kebijakan perusahaan secara keseluruhan. Dalam arti upaya menciptakan suasana dan kondisi kerja yang berkaitan dengan rancang bangun gedung dan keseluruhan fasilitas produksi yang akan digunakan.

D. Program Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
Perencanaan dan program kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja merupakan bagian dari manajemen perusahaan dan harus merupakan kebijakan perusahaan, sehingga harus didukung semua pihak, yaitu:
1. Dukungan berbagai lapisan manajemen termasuk manajemen puncak (Top management). Apabila ada dukungan dari manajemen puncak maka diharapkan lebih mendapat perhatian dari manajemen di bawahnya, sehingga program kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilaksanakan secara efektif.

2. Secara struktural dapat dibentuk suatu unit kerja kesehatan dan keselamatan kerja sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan.
3. Susunan dan tata letak bangunan dan mesin. Susunan ruangan perusahaan dan susunan tata letak (layout) mesin dan peralatan produksi harus berorientasi bukan saja pada efisiensi, tetapi juga harus menciptakan suasana aman dan nyaman untuk para karyawan. Misalnya, tempat atau ruangan kerja harus cukup terang, bersih, serta ventilasi yang sangat baik. Tiap tempat yang berbahaya harus ditempeli petunjuk atau informasi yang jelas untuk berhati-hati. Penempatan peralatan yang berbahaya harus ditempatkan terpisah dari tempat kerja, misalnya gudang.
4. Program pelatihan dan demonstrasi keselamatan kerja. Pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja harus dilakukan secara intensif, sehingga para karyawan menjadi terlatih atau profesional dalam menanggulangi kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Analisis kecelakaan kerja. Suatu unit kerja penanggulangan bahaya dan keselamatan kerja sedapat mungkin sering melakukan rapat kerja intern untuk membahas berbagai analisis kecelakaan kerja. Artinya, setiap bentuk kecelakaan kerja yang pernah terjadi harus dicatat dan laporan tersebut disimpan secara baik. Selanjutnya, catatan tersebut dianalisis secara mendalam, misalnya menganalisis bagaimana suatu kecelakaan terjadi, faktor-faktor apa yang menimbulkan kecelakaan kerja tersebut terjadi, dan mencegah jangan sampai hal tersebut terulang.

Secara umum kecelakaan kerja dapat terjadi karena berbagai faktor:

  1. Keadaan pekerja sendiri (human factor/human error)
Keadaan karyawan meliputi sikap, sifat, dan tingkah laku karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Ada kalanya sikap, sifat, dan pendidikan mempengaruhi cara kerja seseorang. Namun, yang dimaksudkan di sini adalah sifat-sifat dan tingkah laku seseorang karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Ada karyawan yang bersikap hati-hati dan teliti. Namun, ada pula yang bersifat ceroboh dan tidak sabar. Sebenarnya sudah sejak awal penerimaan karyawan hal ini harus sudah diujikan, agar tiap orang memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan sifatnya. Misalnya seorang yang cenderung senang kerja malam hari. Jadi, pihak manajemen sejak awal sudah harus menempatkan pegawai pada pekerjaan yang tepat sesuai dengan sifatnya.
Demikian pula keadaan seorang karyawan yang mempunyai suara halus, penampilan menarik, dan murah senyum, sebaiknya ditempatkan di bagian pemasaran, penerima tamu atau receptionist. Tentu saja penempatan kerja tetap harus disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki seseorang. Hal ini akan mengurangi kecelakaan kerja yang dapat merugikan perusahaan
  1. Mesin dan alat-alat kerja (machine and tools condition)
Mesin dan peralatan produksi dapat merupakan sumber kecelakaan kerja. Bukan saja sifat-sifat dari mesin dan peralatan produksi itu sendiri, tetapi tata letak (layout) juga dapat menunjang keselamatan kerja. Misalnya alat kontrol suhu yang tidak berfungsi. Oleh karena itu, pihak manajemen harus memberikan perhatian terhadap kondisi mesin dan peralatan serta layout yang baik agar tercapai lingkungan kerja yang aman.
  1. Keadaan lingkungan kerja (work environment)
Lingkungan kerja sangat mempengaruhi morale (suasana kerja) para karyawan, baik lingkungan kerja fisik maupun lingkungan kerja yang bersifat rohani. Dalam hal ini lingkungan kerja fisik yang baik akan mempertinggi produktivitas kerja. Di samping mengurangi kelelahan, yang berarti dapat menaikkan produksi, sehingga biaya persatuan menjadi efisien. Faktor-faktor lingkungan kerja fisik yang perlu mendapat perhatian, antara lain:
1)      penerangan cahaya,
2)      ventilasi untuk sirkulasi udara segar
3)      pemeliharaan rumah tangga (housekeeping), misalnya lantai bersih, ruangan wangi, suasana menyenangkan, dan taman yang indah.

Keadaan lingkungan fisik yang tidak baik akan menimbulkan hal yang sebaliknya. Misalnya tata letak ruangan yang terlalu sempit akibat plant lay out yang salah, penempatan peralatan kerja yang tidak menyenangkan dan tidak menimbulkan gairah kerja yang baik. Pihak manajemen harus selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan. Apabila kondisi kesehatan dan keselamatan kerja karyawan kurang memadai, perlu diperbaiki. Caranya tergantung pada factor yang mempengaruhinya.
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh kombinasi antara tingkah laku manusia, kondisi fisik perusahaan, maupun oleh mesin dan alat kerja atau alat produksi atau oleh salah satu di antaranya. Perlombaan menciptakan keselamatan kerja dapat dianggap sebagai salah satu bentuk penerangan dan pendidikan karyawan.
Pelaksanaan peraturan dan disiplin kerja untuk mendukung terwujudnya program kesehatan dan keselamatan kerja kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan karyawan. Keduanya harus merasa saling memerlukan satu sama lain. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa aman sehingga karyawan dapat bekerja lebih produktif dan lebih efisien. Begitu pula halnya perusahaan akan dapat beroperasi secara efisien pula. Harapannya, perusahaan akan berada pada posisi kompetitif yang kuat dalam menghadapi persaingan dan akhirnya memiliki kesempatan meraih keuntungan lebih tinggi.

E. Langkah Menciptakan Keselamatan dan Memberikan Perawatan yang Tepat
1. Menciptakan kondisi kerja karyawan yang baik.
Hal ini dapat dicapai antara lain dengan mengadakan pelatihan (job training) sebelum seorang karyawan bekerja. Pelatihan harus jelas dan mudah dimengerti agar karyawan dapat cepat menguasai jenis pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya.
2. Menciptakan kondisi mesin dan peralatan dengan baik.
Tata letak (lay out) mesin dan berbagai peralatan produksi harus diatur dengan baik agar menunjang kelancaran proses produksi dan menunjang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. 

Berikut ini beberapa pedoman yang dapat dipakai untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan-kecelakaan tersebut.
  1. Menghindari Terjadinya Luka karena Teriris/Terpotong
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya luka karena teriris/terpotong sebagai berikut.
1)      Selalu menggunakan pisau yang tajam. Pisau yang tajam lebih aman daripada pisau tumpul karena tekanan dan tenaga yang diperlukan pada saat digunakan lebih kecil dan tidak mudah selip.
2)      Selalu menggunakan alas (telenan) sewaktu memotong. Jangan memotong dengan menggunakan alas dari logam. Akan lebih baik apabila di bawah telenan diletakkan handuk/kain tebal, agar telenan tidak mudah bergeser/terpeleset.
3)      Berkonsentrasi penuh pada waktu bekerja dengan pisau atau alat pemotong lainnya, tidak sembrono atau sambil bergurau. d. Pemotongan dilakukan dengan memperhatikan jarak yang aman, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
4)      Menggunakan pisau hanya untuk pekerjaan pemotongan. Tidak menggunakannya untuk keperluan lain, misalnya untuk membuka tutup botol.
5)      Apabila pisau terjatuh, jangan coba-coba untuk menangkapnya. Biarkan pisau jatuh, dan jaga jarak/menjauh dari tempat jatuhnya pisau.
6)      Jangan menaruh pisau di dalam bak cuci, di dalam air, atau di tempat lain  sehingga pisau tidak dapat dilihat dengan jelas.
7)      Bersihkan pisau dengan hati-hati setelah digunakan, dengan mengarahkan sisi pisau yang tajam menjauh dari tubuh.
8)      Apabila tidak dipergunakan, simpan pisau di tempat yang aman. Misalnya di rak atau tempat pisau khusus lainnya.
9)      Selalu berhati-hati sewaktu membawa pisau. Bawalah pisau dibagian samping tubuh, dengan ujung menghadap ke bawah, dan sisi tajam menjauhi tubuh. Akan lebih baik jika membawa pisau dalam sarung atau selubung pisau. Peringatkan orang-orang di sekitar Anda, jika Anda melewati mereka dengan membawa pisau di tangan.
10)  Barang-barang yang mudah pecah, misalnya mangkuk, piring, dan peralatan gelas lainnya ditempatkan di tempat khusus, terpisah dari area pengolahan.
11)  Jangan meletakkan barang-barang yang mudah pecah di dalam bak perendam.
12)   Apabila ada barang yang pecah, gunakan sapu untuk membersihkan
13)  Serpihannya. Jangan dibersihkan dengan tangan.
14)  Pembuangan pecahan kaca harus pada tempat khusus. Jangan dicampur dengan sampah lainnya.
15)  Apabila ada barang yang pecah di dalam ember atau bak, pengambilan pecahan dilakukan setelah ember atau bak dibuang airnya.
16)  Apabila membuka karton atau pengemas lain yang ada paku atau isi stapler-nya, maka logam-logam tersebut dikumpulkan pada wadah tertentu dan segera dibuang. Apabila teriris atau terluka potong kecil lainnya, segera dirawat dengan obat-obat pertolongan pertama yang memadai untuk mencegah infeksi.
  1. Menghindari Terjadinya Luka Bakar
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya luka bakar, antara lain sebagai berikut.
1)      Selalu berasumsi bahwa panci pemasak dalam kondisi panas, sehingga kita harus menggunakan alas pada waktu memegang panic tersebut.
2)      Menggunakan alas/lap kering untuk memegang panci panas. Penggunaan lap basah akan menghasilkan uap panas yang dapat menyebabkan luka bakar.
3)      Pegangan panci pemasak diarahkan menjauhi lorong/ tempat lalu lalang, sehingga tidak tersenggol orang yang melewatinya. Pegangan panci hendaknya juga jauh dari sumber api, baik kompor gas maupun kompor minyak tanah.
4)      Pengisian panci pemasak tidak boleh penuh, sehingga tidak meluap sewaktu mendidih.
5)      Minta pertolongan orang lain apabila harus memindahkan wadah berisi makanan panas yang cukup berat.
6)      Berhati-hati sewaktu membuka panci perebus atau peralatan lain yang mengeluarkan uap panas, serta melakukannya dalam jarak yang aman (jarak antara tubuh dengan peralatan tersebut).
7)      Apabila kompor gas yang digunakan tidak dilengkapi dengan pemantik otomatis, maka klep gas harus ada dalam keadaan tertutup sewaktu korek api/sumber api lainnya dinyalakan.
8)      Pekerja sebaiknya mengenakan pakaian dengan lengan panjang untuk melindungi diri dari percikan/tumpahan makanan/minyak panas. Alas kaki hendaknya terbuat dari kulit yang kuat dan tertutup pada bagian jari-jarinya.
9)      Makanan yang akan digoreng harus ditiriskan terlebih dahulu, agar tidak terbentuk percikan minyak panas sewaktu digoreng.
10)  Selalu memperingatkan orang-orang di sekitar Anda, apabila Anda melalui mereka dengan membawa barang-barang yang panas.
  1. Mencegah Terjadinya Kebakaran
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya kebakaran, antara lain sebagai berikut:
1)      Mengetahui tempat penyimpanan dan cara menggunakan alat pemadam kebakaran.
2)      Menggunakan jenis bahan pemadam kebakaran yang tepat menurut sumber apinya. Ada tiga jenis penyebab kebakaran yang masing-masing memerlukan bahan pemadam kebakaran yang berbeda pula, yaitu sebagai berikut.
§  Klas A yaitu sumber kebakaran yang berasal dari kayu, kertas, pakaian, plastik, dan bahan-bahan mudah terbakar lainnya.
§  kelas B yaitu sumber kebakaran yang berasal dari minyak, gemuk (grease), bensin, pelarut organik, serta bahan kimia mudah terbakar lainnya.
§  Klas C yaitu sumber kebakaran yang berasal dari peralatan elektrik, kabel-kabel, motor, dan sebagainya.
3)      Jangan memadamkan api yang berasal dari minyak atau peralatan listrik dengan menggunakan air, atau pemadam kebakaran klas A, karena hanya akan menyebarkan api.
4)      Sediakan garam atau baking soda di tempat yang mudah terjangkau, untuk memadamkan kebakaran dari api kompor atau tungku. Jangan meninggalkan minyak goreng di atas tungku atau kompor menyala tanpa pengawasan. 
5)      Aktivitas merokok hanya boleh dilakukan pada tempat khusus. Jangan meninggalkan puntung yang masih menyala di sembarang tempat.  Jika mendengar alarm tanda bahaya kebakaran dan masih ada waktu, tutup dan matikan semua aliran gas serta listrik, sebelum meninggalkan gedung yang terbakar.
6)      Jaga agar pintu keluar darurat tidak terhalang oleh benda apa pun.

  1. Mencegah Terjadinya Luka oleh Mesin atau Peralatan Lainnya
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya luka oleh mesin atau peralatan lainnya antara lain sebagai berikut.
1)      Jangan sekali-kali menggunakan peralatan elektrik/mekanik apa pun tanpa mengetahui dengan pasti cara pengoperasiannya.
2)      Jangan sekali-kali mengambil atau memindahkan makanan dari peralatan yang sedang berjalan/beroperasi, baik dengan tangan maupun dengan peralatan lain, misalnya sendok atau garpu. Matikan sumber listrik pada peralatan, pada waktu membersihkan atau membongkar peralatan tersebut.
3)      Pastikan tombol mesin ada pada posisi mati (off), sebelum menghidupkan sumber listrik pada peralatan. Jangan menyentuh atau menangani peralatan elektrik jika tangan dalam kondisi basah, atau jika berada pada lingkungan berair.
4)      Gunakan pakaian yang pas di badan, dan hindari pakaian yang kedodoran/ berumbai-umbai, agar tidak tersangkut pada mesin/peralatan.
5)      Gunakan peralatan untuk aktivitas yang memang dikhususkan untuk peralatan tersebut.

  1. Mencegah Luka karena Terjatuh
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk mencegah luka karena terjatuh antara lain sebagai berikut. Tumpahan/ ceceran air atau makanan di lantai harus segera dibersihkan.






Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "MEMBERI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PROVIDE FIRST AID)"

Post a Comment